TUGAS KARYA ILMIAH
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA BISNIS 
(Orang Jepang, Indonesia, Norwegia, Wajo dan Cina)

Disusun Oleh :
MARLITA ASTUTI
065108024
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN  ALAM 
UNIVERSITAS PAKUAN 
BOGOR 
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Tinjauan Umum tentang Kewirausahaan dan Etika.
1.1.1  Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang kreatif dan mempunyai tujuan akhir  yang dapat diterima oleh orang lain. ”Kewirausahaan adalah singkatan dari : Kreatif, Enerjik, Wawasan luas, Inovatif, Rencana bisnis, Agresif, Ulet, Supel, Antusias, Hemat, Asa, Antusias, Negosiatif.”(Anonim,2005).
Kewirausahaan mengajarkan cara-cara berfikir kreatif, inovatif, positif, dan menggerakan hati nurani untuk lebih proaktif, perubahan, mendorong keingintahuan, ulet, gigih, berani mengambil resiko untuk melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan akan tetapi akan membawa nilai tambah seta keuntungan yang lebih besar.
1.1.2 Pengertian Etika
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek. Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat. (http://entrepreneur.gunadarma.ac.id)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,etika adalah:
             • Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
             • Kumpulan asas/nilai yang berkenaandengan akhlak
             • Nilai mengenai yang benar dan salah yangdianut masyarakat.
Etika adalan kumpulan ilmu dan nilai tentang ukuran benar  atau salah,baik atau buruk yang dianut dalam masyarakat. Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
a.    ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b.    ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. (http://indrabexs.wordpress.com/2010)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewirausahaan
            Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003:13),yaitu:
1     Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi,1994).
2     Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3     Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer.1996).
4     Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5     Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6     Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. (http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausaan)
Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa:
2.    Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang  lebih besar.
2.2     Etika Bisnis
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik.Perkembangan etika studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. (http://www.endrosri.co.cc/perkuliahan/Etika-Profesi).
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal, memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
- Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
- Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
- Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok. (http://www.anneahira.com)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kewirausahaan dan faktor yang Mempengaruhi
            Kewirausahaan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan sumbangan yang besar. Padahal potensi wirausaha di Indonesia sangat besar, di lihat dari kekayaan alam di Indonesia dan banyaknya tenaga terdidik yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diberbagai negara industri maju seperti Jepang dan Amerika terbukti menjadi pilar kuat dalam perekonomian makro nasional. Wirausaha di Indonesia didominasi oleh para usahawan muda terutama dalam usaha kecil dan usaha menengah,wirausaha kebanyakan terbentur masalah materi, padahal jika usaha tersebut dijalankan dengan tekun,ulet dan jujur bukan tidak mungkin usaha tersebut dapat berjalan dan berkembang,tetapi masyarakat Indonesia masih banyak yang takut memulai sesuatu yang baru dan takut rugi, alhasil mereka hanya menganggur. Berikut adalah faktor-faktor yang dipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu akses mereka kepada modal, informasi dan kualitas jaringan sosial yang dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen (Indarti, 2004).
1.      Akses kepada modal
Modal adalah hambatan klasik dalam memulai usaha baru. Penelitian relatif baru menyebutkan bahwa akses kepada modal menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu usaha (Kristiansen et al., 2003; Indarti, 2004).
2.      Ketersediaan informasi
Faktor ketersediaan informasi merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha (Duh, 2003; Kristiansen, 2002b; Mead & Liedholm, 1998; Swierczek dan Ha, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama seorang wirausaha.
3.      Jender
Pengaruh jender atau jenis kelamin terhadap intensi seseorang menjadi wirausaha telah banyak diteliti (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997). Seperti yang sudah diduga, bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan mahasiswa perempuan. Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki. Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang menyukai untuk membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki.
4.      Umur
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinha (1996) di India, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar wirausaha yang sukses adalah mereka yang berusia relatif muda. Hal ini senada dengan Reynolds et al., (2000) yang menyatakan bahwa seseorang berusia 25-44 tahun adalah usia-usia paling aktif untuk berwirausaha di negara-negara barat.Hasil penelitian terbaru terhadap wirausaha warnet di Indonesia membuktikan bahwa usia wirausaha berkorelasi signifikan terhadap kesuksesan usaha yang dijalankan (Kristiansenet al., 2003). Senada dengan hal itu, Dalton dan Holloway (1989) membuktikan bahwa banyak calon wirausaha yang telah mendapat tanggung jawab besar pada saat berusia muda, bahkan layaknya seperti menjalankan usaha baru.
5.      Latar Belakang Pendidikan 
Latar belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk memulai usaha baru di masa mendatang. Sebuah studi dari India membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting intensi kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan (Sinha, 1996). Penelitian lain, Lee (1997) yang mengkaji perempuan wirausaha menemukan bahwa perempuan berpendidikan universitas mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi untuk menjadi wirausaha. Berikut adalah karakteristik perbandingan faktor kewirausahaan di lihat dari jenis kelamin,usia, dan latar belakang pendidikan di 3 negara.

(http://nurulindarti.files.wordpress.com/2009)
3.2 Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya
            Relativisme etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat manapun dimana dia berada.
Berikut dibawah ini adalah salah satu perbandingan etika bisnis dalam perbedaan budaya yaitu,etika bisnis orang Wajo dan orang Cina.
Orang Wajo merupakan bagian dari rumpun suku Bugis sebagai salah satu dari empat suku lainnya di provinsi Sulawesi Selatan yakni Toraja, Makassar dan Mandar, hingga kini tergolong patron budaya yang tetap defensif terhadap etika bisnis dan kewirausahaan yang telah dikenal jauh sebelum masa sekarang.
Dalam pandangan orang Wajo raja-rajanya dahulu telah mengukir berbagai keberhasilan, sehingga nilai-nilai. yang melekat pada diri rajanya, akan menjadi sumber pelajaran. Sikap patuh pada warisan kultural leluhur tersebut, pada gilirannya memperkuat etnisisme, loyalitas afiliatif, ikatan sosio-kultural dan emosional sekaligus tampil sebagai kekuatan penggugah atau motor pengerak.
Sama seperti orang Wajo, orang China baik usahawan maupun birokrat pun mendapat inspirasi dari leluhur mereka terutama ajaran etika dari Kong Hu Chu. Kearifan besar inilah yang menjadi dasar pemikiran dan tingkah laku orang China di seluruh daratan Asia hingga sekarang. Orang China selalu yakin bahkan rasa kasihan pada manusia dan kebajikan bersama dengan kebiasaan etiket yang diajarkan oleh Kong Hu Chu, adalah dasar yang tepat buat semua hubungan dagang.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa baik orang Wajo maupun orang China mengembangkan usaha berdasarkan kebiasaan dan keberhasilan para pendahulu mereka. Berbagai ikatan klasik yang masih dipegang dan dianut hingga sekarang, pada gilrannya semakin diperkuat oleh kecenderungan mencontoh atau meneladani kebiasaan seseorang yang ditokohkan.
Sebagaimana ungkapan lama “ala biasa karena biasa", demikianlah kecenderungan orang Wajo dan juga orang China menanamkan kebiasaan berbisnis pada anak-anak mereka sejak usia dini. 
Efek progresif dari proses pembiasaan dalam berbisnis baik di kalangan orang Wajo maupun orang China bagi sang anak, pada gilirannya akan menciptakan generasi yang mandiri. 
Meskipun demikian, rupanya ada efek lain yang ditimbulkan kemudian yakni lahirnya kecenderungan memilih dunia bisnis sebagai jalan hidup, sebaliknya keengganan untuk menuntut ilmu pada lembaga pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi menjadi sikap mereka.
Di kalangan orang Wajo dikenal sebuah budaya bernama siri, yang dalam tataran praktis dan implementasinya mengandung makna filosofis yang berhubungan dengan etos kerja. Di kalangan orang Wajo konsep siri secara fungsional merupakan sumber motivasi dan pendorong untuk mengubah, membangun dan memperbaiki nasib individu ataupun kelompok secara kolektif. Jika dihubungkan dengan etos kerja, maka siri yang diinterpretasikan sebagai kehormatan, harga diri dan martabat secara otomatis menjadi kekuatan yang maha dahsyat dalam memberi spirit dan motivasi kepada seseorang dalam bekerja.
Dalam formulasi yang agak berbeda, orang China justru menekankan pentingnya tanggung jawab seseorang baik pada diri sendiri dan yang terpenting adalah mengangkat harkat dan martabat keluarga. Karena itu, yang mendorong mereka gemar bekerja dan berusaha disebabkan karena di atas pundak mereka ada sebongkah tanggung jawab yang diembannya. 
Bagi orang Wajo yang umumnya menganut agama Islam, semangat berusaha, berbisnis, dan kerja sama serta berbagai aspek bernilai finansial lainnya, dapat dipastikan merupakan refleksi dari sistem ekonomi berdasarkan perspektif Islam. Pengaruh ajaran agama Islam secara fundamental, juga sangat besar pengaruhnya terhadap berkembangnya jenis usaha seseorang. Katakanlah predikat haji bagi seseorang itu dipandang istimewa, otomatis dorongan untuk meraih prestise sosial itu akan mendorong seseorang bekerja giat dalam mengembangkan usaha.
Di kalangan orang China pun tidak banyak berbeda, di mana ajaran Kong Hu Chu hingga sekarang masih menjadi way of life termasuk dalam hal kegiatan perdagangan sekalipun. Kenyataan tersebut terbukti melalui ajaran Kong Hu Chu seperti ungkapan: "pikiran kita terletak di sebelah kiri, sementara kantong kita terletak di sebelah kanan". Makna filosofis dari statement itu yakni anjuran menggunakan pikiran dalam melakukan aktivitas usaha untuk memenuhi kantong tadi.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam etika bisnis antara orang Wajo dengan Orang China. Persamaannya yaitu para pendahulu mereka sama – sama mengukir keberhasilan dalam hal berdagang yang diturunkan kepada anak cucu mereka. Orang Wajo yang beragama Islam, berpegang teguh cara berdagang oleh ajaran Islam, sedangkan orang Cina yang beragama Kong Hu Chu yang dalam ajarannya seperti ungkapan: "pikiran kita terletak di sebelah kiri, sementara kantong kita terletak di sebelah kanan". Makna filosofis dari statement itu yakni anjuran menggunakan pikiran dalam melakukan aktivitas usaha untuk memenuhi kantong tadi. Karena tujuan hidup mereka (orang Wajo dan Cina) berdagang maka kebanyakan dari mereka menanamkan kebiasaan berbisnis pada anak – anak agar kelak bisa meneruskan usaha yang telah dirintis oleh orang tuanya sejak dulu. (http://andri88-blog.blogspot.com/2009)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Faktor-faktor  yang ikut mempengaruhi kewirausahaan yaitu meliputi askes terhadap modal, ketersediaan informasi, jender, usia dan latar belakang pendidikan. Dalam faktor jender, dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih cendrung mendominasi sektor wiraswasta. Dalam faktor usia dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh sektor wiraswasta didominasi oleh kaum remaja muda, dimulai usia 25 tahun. Dalam sektor latar belakang pendidikan, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi lebih memiliki intensitas tinggi di bidang wiraswasta,khususnya mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi dan manajemen.
Dalam etika bisnis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dilihat dari budaya yang ada, yaitu daerah asal, keyakinan dan kepercayaan yang dianut, keturunan keluarga dan adat yang diakui. Dari faktor daerah asal dapat kita lihat dari pembahasan bab 3, yang secara langsung juga adat istiadat, keturunan keluarga, kepercayaan dan keyakian ikut mempengaruhi di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://entrepreneur.gunadarma.ac.id.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Materi Pelatihan Pengutan Kemampuan Kepala Sekolah,2010.
Anonim,2005
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar